Senin, 28 Desember 2015

TETAPLAH MENJADI NIRMALA KECILKU

Rumah ini tidak mewah, bahkan hanya cukup untuk beristirahat. Perabotan didalamnya pun tidak banyak, namun entah mengapa aku selalu merindukannya. Bukan merindukan rumahnya, namun merindukan orang yang tinggal didalamnya. Ia seorang diri dan tidak ingin pindah dari sana meski aku sudah bolak balik memintanya untuk tinggal bersamaku.

Dia bilang, jika disanalah awal mula dia dan cintanya bertemu, awal mula dia memberikan sepotong hatinya untuk dijadikan cinta yang abadi. Disana pula, cinta yang dia berikan bersemayam dalam kenangan. Kenangan yang tidak akan pernah bisa dilupakan sampai kapanpun.

Dia tersenyum ketika aku menghampirinya, seakan tahu jika aku sedang ingin bersamanya.
"Kemarilah... Tidurlah dipangkuanku". Ucapnya seraya melambaikan tangan kepadaku.
"Mengapa belum istirahat bu ? Aku kan tadi bilang jika tidak usah menungguku." kataku padanya.
"Belum mengantuk nak.. Ibu hanya ingin memastikan jika kamu benar-benar telah sampai dirumah"

Aku tersenyum dan merebahkan kepalaku dipangkuannya. Rasanya tetap sama seperti 21 tahun yang lalu ketika aku menangis dalam pangkuannya untuk pertama kali. Semua bayangan masa lalu terlintas begitu saja dan membuatku meneteskan air mata. Aku menyayangimu ibu , sampai kapanpun....

"Ada apa nak? biasanya kamu kesini selalu memberi kabar terlebih dahulu. Meminta hari baik untuk menemuiku. Kenapa hari ini kamu memberi kabar ketika sudah berada distasiun??"
"Tidak apa-apa bu.. Aku hanya ingin bertemu denganmu." kataku lirih.
"Ceritakanlah nak.. Ibu ada disini mendengarkanmu"
Kata-kata itu.. ya.. kata-kata itu membuat air mataku mengalir deras, seakan-akan dia mengerti jika aku sedang berada dalam rasa yang tidak menentu.

"Aku ingin tidur dipangkuanmu bu.." ucapku seraya meme
jamkan mata.

Dia hanya tersenyum dan terus membelai rambutku, membuatku mulai hanyut dalam mimpi. Bisikkan lirihnya terdengar di telingaku, "Tetaplah menjadi Nirmala kecilku"