Kamis, 29 Oktober 2015

Ketika Mata Kecil itu Mencariku

Pintu terbuka dan seorang anak kecil masuk. Wajahnya terlihat sendu, sepertinya dia habis menangis. Dia berjalan melewati kerumunan teman - temannya yang sedang asyik bernyanyi. Dia menengok ke kanan dan ke kiri seakan mencari sesuatu. Sepasang mata kecil yang sendu itu melihat kearahku. Beberapa butir air mata sudah jatuh dan membasahi pipinya. Dia mengelap air matanya dengan tangan kanan, setelah itu kembali melihat ke arahku. Aku tersenyum dan balas memandangnya. Ku rapatkan kedua mataku dan membuat mimik lucu diwajah hingga akhirnya membuat sedikit lekukan senyum dibibir kecilnya.

Kulihat mata kecil yang sendu itu seakan berkata, aku ingin berada didekatmu ibu guru, memegang tanganmu dan merasakan sentuhan tanganmu dipundakku. Maafkan aku yang terlambat datang hari ini. Aku mencarimu sejak masuk ke kelas ini. Aku lewati kerumunan teman - teman berharap dapat menemukanmu didalamnya karena aku tau jika kamu sering berlutut untuk memeluk temanku yang menangis.

Tepuk tangan terdengar. Alunan musik berganti, iramanya riang dan membuat semua anak - anak tersenyum ceria. Mereka saling bergandengan tangan, membentuk lingkaran dan melompat. Ku amati sekeliling, mereka semua tertawa riang. Ku lihat kembali mata kecil yang sendu itu. Dia masih saja melihat kearahku seakan berkata , aku ingin berjalan kearahmu ibu guru, namun jalan dihadapanku penuh sesak oleh teman - teman yang sedang bernyanyi dan menari. Alunan musik ini membuatku ingin bernyanyi bersamamu, menggandeng tanganmu dan menari dalam alunan musik yang ceria.

Tiba-tiba dia menyibak kerumunan dan berjalan kearahku. Aku tersenyum dan mengulurkan tangan. dia berjalan cepat hingga akhirnya menubrukku. Aku berjongkok dan memeluknya, mencium pipinya dan berkata. "Anak pintar jangan nangis ya.. ibu guru selalu ada disini...."

Selasa, 27 Oktober 2015

Jangan pernah menunda hingga esok tiba.

"Jangan pernah menunda dan menunggu hingga esok tiba." Wanita setengah baya itu berkata.
Mengucapkan satu rangkaian kata yang penuh makna. Seringkali rangkaian kata itu mengendap ditelingaku ketika rasa malas menghampiri. Dia tidak akan berhenti berkata jika tanganku tidak bergerak dan bekerja.

"Pekerjaan yang mudah dan bisa kita lakukan sekarang, kerjakanlah. Hari belum larut dan kamu masih bisa bekerja dengan baik. Tubuhmu belum lelah dan matamu belum mengantuk. Daripada tidak melakukan apapun, Lebih baik kamu kerjakan satu persatu tugasmu." Dia kembali berkata sambil melirik ke arahku. Melihatku yang masih tergeletak diatas kasur. Ya, Mataku memang masih terbuka lebar, Badanku tidak begitu lelah karena sore ini hanya berada dirumah.

Aku bangun dan mulai bekerja. menyelesaikan satu persatu tugas yang bisa aku kerjakan.
Rangkaian kata itu kembali menari-nari dalam benakku. Biasanya, jika sudah larut malam namun tugasku belum selesaiku kerjakan, wanita setengah baya itu kembali bersuara,
"Kerja si kerja nduk, tapi jangan sampai memaksakan diri untuk menyelesaikannya malam ini juga. Malam sudah larut, lebih baik beristirahat dan kembali kerjakan tugas-tugasmu esok hari."
Hmmm...
Sudah kuduga
Kembali kata-kata itu yang keluar. Antara lanjut atau tidak. Bingung sekali ini. Tapi memang lebih baik aku lanjutkan besok.

Kubenahi semuanya, lanjut gosok gigi, cuci kaki dan cuci muka. Itulah kebiasaan lama yang harus dilakukan. Sebelum masuk kekamar, kusempatkan memberi senyuman kecil untuk wanita setengah baya itu yang masih duduk  dimeja sambil menulis sesuatu. Entah apa.. aku tidak tau dan tidak pernah mau tau.

Namun kini kurindukan kembali semua momen itu. Harusnya aku tidak boleh bersikap acuh kepadanya. Seharusnya aku mendengarkan apa yang ia katakan, Seharusnya aku bergegas bangkit ketika ia meminta bantuan, seharusnya... seharusnya.. seharusnya...
Dan penyesalan kembali kurasakan.

Kembali rangkaian kata itu muncul dibenakku ketika semua tugas berada dihadapanku dan harus selesai secepatnya.
Jangan pernah menunda dan menunggu hingga esok tiba.
Kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi besok.
Kita tidak akan pernah tau usia kita sampai esok hari atau tidak.
Lakukan apa yang bisa dilakukan sekarang juga.




Sabtu, 17 Oktober 2015

Cinta Tidak Memandang Usia

Ini masalah hati.Jika hati sudah memilih, maka seluruh jiwa raga akan mencintainya. Apa pun keadaanya, entah dia hitam, putih, besar kecil, tua ataupun muda.

Masalah cinta, adalah hal paling rumit yang jarang sekali orang bisa memecahkannya dengan logika.
Tersiar berita dari negeri seberang yang menceritakan tentang seorang kakek yang menikah dengan gadis belia.
Tersiar pula seorang nenek 60 tahun menikah dengan pemuda yg usianya masih 20 tahun.
Ada pula kabar selebriti yang menikah dengan kekasihnya terpaut usia belasan tahun.
Apakah cinta itu buta???
Ya, banyak orang yang mengiyakan.
Dan yang pasti, cinta tidak memandang usia.

Terlebih untuk perempuan, kenyamanan itu nomor satu. Walaupun dia berdeda umur hingga puluhan tahun, jika hatinya sudah nyaman, usia tidak akan menjadi masalah.
Banyak orang berkomentar inilah, itulah, tapi hati wanita jika sudah memilih, telinganya seakan ditutup oleh kapas tebal, tidak akan berpengaruh sedikitpun apapun yang orang lain katakan.

"Ya, iyalah si gadis mau nikah sama kakek itu kan karena ingin hartanya aja"
"Dia kan kakek kaya, mana mungkin ada perempuan yang menolak ketika dilamar"
Dan komentar negatif mulai berdatangan, menyalahkan, mencela, dan menghina.
Hei...... hidup ini bukan untuk menjudge orang.. cobalah berfikir positif..
Cinta bukan hanya soal materi. Kekayaan memang dibutuhkan setiap orang, namun cobalah berfikir positif.
Orang yang berfikir positif pasti akan berkata,
"Si gadis menikah dengan kakek mungkin agar dia bisa merawat kakek yang sudah tua itu."

Membahas Cinta sepertinya tidak akan pernah ada habisnya. Cinta seorang ibu yang akan selalu ada untuk anaknya hingga akhir hayat juga merupakan salah satu contoh jika cinta tidak memandang usia.
Usianya yang sudah puluhan tahun, tetap mencintai dan memberikan kenyamanan kepada anaknya walaupun sang anak sudah memiliki keluarga sendiri.
Untuk masalah ini, 4 ibu jari dan seribu kata "HEBAT" tidak akan cukup untuk menggambarkan kasih sayang yang sudah diberikan oleh ibu SEJATI. Dimana ibu SEJATI akan memberikan yang terbaik untuk anaknya. Ibu SEJATI pula yang mengerti dimana posisinya, posisi sebagai seorang ibu yang harus membesarkan anaknya dengan cinta kasih.






Kamis, 01 Oktober 2015

LIHAT AKU KINI

Senyum dibibir yang selalu merekah setiap menyambut kedatangan murid sepertinya menjadi hal yang harus dilakukan setiap hari olehku. Seperti pagi ini, ketika gadis kecil memakai tas berwarna kuning datang ke kelas dengan muka tertunduk. Ketika kutahu ia datang, dengan segera kuhampiri dan berkata " Selamat pagi cantik.. ".
Gadis kecil itu melihat kearahku dan dia tersenyum. "Selamat pagi bu guru.."

Tak pernah terbayangkan ketika akhirnya aku memegang pensil dan selalu membawa buku catatan ulangan murid - murid. Membuatkan mereka daftar nilai, megamati setiap gerak gerik mereka dikelas dan memarahi mereka jika tidak bisa diam mengobrol.
Tak  pernah terbayangkan ketika profesi ini harus kusandang sejak awal Agustus 2012 silam .
Waktu yang kulalui cukup panjang, kebosanan, kesendirian, dan kesabaran sepertinya sudah menjadi temanku hingga kini.
Bosan dengan semua rutinitas yang hanya itu itu saja.
Sendiri saat mengerjakan tugas yang menumpuk.
Sabar menanti waktu berjalan.

Sekarang hari sabtu, hanya setengah hari aku bekerja. Ingin pulang tapi malas rasanya.
Karena tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan, akhirnya aku duduk dibangku dekat taman.
Aku duduk mencari angin sepoi yang mulai jarang berhembus ketika siang hari.
Sambil memutar - mutar pulpen yang berada di tangan, ku mulai mengenang saat sekolah dulu, kejadian yang sepertinya menjadi kebiasaan yang sudah ada sejak jaman nenek moyang. Saat saling bertukar jawaban dengan teman sebangku ketika ulangan, melongok dan melirik jawaban teman sebelah, cemas menunggu nilai ulangan dibagikan, dan rasa rindu untuk semua guru disekolah SD, SMP, dan SMA mulai memenuhi dada. Membuatnya sesak dan mengharuskanku untuk menghela nafas dalam serta menghembuskannya pelan.

Tidak pernah terpikirkan jika aku akan menjadi orang yang berada dikelas paling depan. Menerangkan secara detail apa yang belum dimengerti oleh anak kecil bermata indah itu. Menerangkan bagaimana kupu - kupu indah tercipta dari ulat bulu yang banyak ditakuti orang.
Melihat dengan dekat, mata kecil itu mencari tahu dengan leluasanya.

Kubiarkan mereka mengangkat tangan, berbicara sesuka hatinya tentang pelajaran yang kini dibahas, bertanya dengan lugunya seperti dulu ketika aku yang selalu bertanya dan membuat jengkel guruku disekolah.

Pekerjaan ini mulai membuatku merindukan mata kecil yang selalu ingin tahu. Kurindukan pertanyaan mereka. Kurindukan senyuman dan Gurauan kecil yang membuatku harus membuang amarah.
Dan setiap pagi, yang aku inginkan hanya satu.
Melihat senyum kecil dari bibir mereka dan mengucapkan "Selamat pagi bu guru.... "