Memori akan bersihnya negeriku masih jelas sekali. ketika air sungai masih dapat aku gunakan untuk mandi dan berenang tanpa takut kulit menjadi gatal. Ketika air laut yang tidak jauh dari rumah masih bersih tanpa ada sampah plastik bekas bungkus makanan.
Memori akan Hijaunya negeriku masih sangat segar sekali dalam ingatan ketika aku berkunjung ke rumah saudara menaiki bus dan mendapat salam dari semilir angin yang masuk melalui Jendela bus yang aku buka. Kulihat pepohonan hijau di kiri kanan jalan. Ada yang berbunga dan berbuah. Setelahnya, ada pegunungan hijau yang berderet panjang dibagian tepi seakan membentengi dan tanpa ujung.
Memori akan Asrinya negeriku masih jelas dalam ingatan ketika kulihat burung berkicau dan beterbangan dipagi hari. Menyambut matahari dan membuat riang suasana. Embun pagi dapat aku lihat ketika aku berjalan direrumputan sawah.
Memori itu tidak akan pernah aku lupakan. Kenangan indah akan potret negeriku yang begitu hijau, bersih dan asri.
Memori itu berlalu dengan cepat seakan desahan nafas. Kini kudapati negeri yang sungainya begitu hitam dan bila terkena air itu maka kulit akan menjadi gatal. Sungai yang dulunya besar dan airnya jernih kini telah padat oleh lumpur dan sampah.
Kini kudapati pinggir jalan yang berdebu dan pegunungan yang gersang. Kudapati pula pagi hari yang dipenuhi oleh asap kendaraan dan bisingnya suara pabrik serta kendaraan bermotor.
3 tahun sudah aku melewati ini semua, akankah aku dapati kembali negeriku yang dulunya hijau, bersih dan asri ????
Mungkin bisa Mbak kalau pemerintah lebih tegas soal kebersihan kota dan upaya penyadaran lewat media digalakkan dengan serius.
BalasHapusada kata yang harus diberikan tanda kutip kak. upaya penyadaran lewat "media" digalakkan dengan "serius". kata media dan serius merupakan kata penting yg hanya tinggal angan angan. media mereka gunakan hanya untuk kepentingan pribadi. kata serius, ah.. entahlah.. pemerintah tidak ada lagi yg namanya serius.
BalasHapus