Senin, 29 Juni 2015

WANITA di DEPANKU

Hari ini ujian speaking. Karena hanya ada satu dosen yang mengampu ujian speaking maka kelasku digabung dengan kelas angkatan baru. Satu per satu mahasiswa dipanggil kedepan untuk "Speaking" tentang salah satu topik yang telah diberikan. Kulihat nomor urutku 15, "masih lama" pikirku.
Sambil menunggu panggilan dosen, aku melihat sekeliling kelas, hampir separuh kelas dipenuhi oleh wajah-wajah asing yang belum aku kenal. "banyak juga ya angkatan baru.." pikirku lagi.

Pandanganku tertuju pada wanita yang duduk didepanku. Kuperhatikan busananya, seluruh tubuhnya ditutupi kain panjang berwarna biru dakron (biru tua). Kerudung panjangnya hampir menutupi seluruh tubuhnya. Bajunya lebar dan sangat longgar. Cadar menutupi mukanya, seluruh wajahnya tertutup kain. Hanya sepasang mata dengan bulu mata lentik yang terlihat.

Wanita di depanku bernama ANE. Aku mencoba berkenalan dengannya karena rasa tertarik untuk mengenalnya sangat besar. Ternyata dia sangat fasih berbicara inggris. Aku tersenyum saat menyapanya dan sepertinya dia juga. Karena saya lihat ada lipatan dimatanya yang menandakan jika ada senyuman di bibirnya. Yah, aku hanya bisa memerka saja, karena senyumannya tidak bisa dilihat.

ANE. dia mengatakan namanya dengan cepat sehingga aku harus berusaha memintanya untuk mengulangi namanya sebanyak 3x. Nama yang bagus, singkat dan tidak bertele-tele. hehehe
3 huruf saja namanya. Berbeda denganku yang memiliki 2 kata dan terdiri dari 14 huruf. Nama yang singkat dan sangat mudah sekali dihafalkan karena nama ANE artinya saya (bahasa arabnya ANA tapi karena yang melafalkannya orang betawi jadi berubah ANE hehehe  :D

Sekilas kulihat dia orang yang ramah dan mudah bergaul. Dia pintar, sangat pintar. Terbukti dari kata-katanya yang sopan dan berbicara inggris dengan cepat dan benar. Aku terpesona dengannya. Eits, jangan salah, maksud saya, saya kagum dengannya. Ternyata dia sangat fasih berbahasa inggris karena keluarganya berasal dari belanda. Dia bercerita jika dia mempunyai ayah yang berhidung sangat mancung. Aku tersenyum mendengarnya dan memegang hidungku. "Hidungku juga mancung, Mancung ke dalam.." pikirku.

Percakapan kami berakhir saat namanya dipanggil, dia nomor urut 14, satu nomor didepanku.
Pandanganku tidak bisa lepas darinya. Rasa kagum akan kepintarannya dan sikapnya yang mudah bergaul membuat aku harus memandanginya hingga  dia selesai berbicara didepan kelas.
Ia kembali ke tempat duduknya, mengambil tasnya dan berkata padaku bahwa ia ingin langsung pulang.

Kembali, Pandanganku tidak bisa lepas darinya hingga dia menghilang dan tidak terlihat lagi dari pintu kelas yang terbuka.
 Semoga kita kembali bertemu ANE :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar